Tuesday 28 January 2014

Pengorbanan seorang anak


Ada seorang bapak yang bernama Bapak Raka, dia memiliki dua anak laki-laki.  Mereka adalah fafa dan ryan. Saat ini fafa duduk dibangku SMA dan ryan baru SMP. Mereka  tergolong anak yang pandai dan penurut, karena sejak kecil mereka dididik ayahnya dengan keras dan peratuaran yang ketat. Maklumlah selain dia menjadi ayah di juga harus menjadi seorang ibu, karena ibu mereka meninggal ketika fafa dan ryan berumur tiga dan dua tahun. Saat mereka masih kecil, bapak raka harus memandikan dan memberikan makan sebelum berangkat kerja. Kemudian dia menitipkan anaknya kepada pengasuh anak-anak dekat dengan rumahnya. Dia bekerja dari pukul 8 pagi sampai 5 sore, kadang-kadang dia juga pulang malam, hal itu dia lakukan teus menerus tanpa ada rasa lelah. Sebelum istrinya meninggal dia mendapat amanat agar dia menikah lagi, tapi dia lebih suka sendiri, karena baginya istrinya selalu hidup dalam hatinya. Kini, dia sedikit mengurangi jam kerajanya dikantor. Dia harus fokus pada anaknya, karena kalau tidak dipantau, takutnya mereka salah dalam pergaulan, melihat di dunia globalisasi ini banyak hal-hal negativeyang terjadi. dia mengatur dari teman mereka siapa saja, belajar dan melarang pacaran sampai mereka masuk ke perguruan tinggi. Sempat fafa dan ryan membantah dengan peraturan yang dibuat anaknya, apalagi tidak boleh pacaran, mereka takut dibilang jadul alias jaman dahulu. Tapi dengan watak ayahnya yang keras, tak mungkin mereka membantah peraturan yang dibuat ayahnya. seiring waktu berjalan ternyata ternyata peraturan yang dibuat ayahnya memberikan dampak postif pada mereka. Mereka mendapat juara pertama dan menjadi siswa terbaik disekolahan mereka masing-masing.
Malam itu fafa dan ryan masuk keruang kamar kerja ayannya. Dilihatnya ayahnya yang sibuk didepan komputer, mereka memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu.
“Apakah ayah sibuk besuk untuk hari minggu” tanya fafa
“Tidak nak, memang ada hal apa sih”
“ Ayo, yah besuk jalan-jalan ke Trans Studio Bandung, kan udah lama kita tak pergi kesana, terakhir kita kesana waktu tiga tahun yang lalu”
“ Hmm, gimana ya,,, ia besuk kita kesana”
“Horeee” sahut fafa dan ryan
Mereka bersorak gembira, mendengar keputausan ayahnya,, karena gembiranya ryan menutahkan air kopi dikertas ayahnya, padahal kertas itu harus dikumpulkan besuk pagi lewat faksmile, anehnya ayahnya tak marah pada mereka. Kemudian mereka disuruh keluar dari kamar kerja ayahnya, karena mereka besuk akan berangkat pukul 6 pagi dari rumah. Mereka merasa bersalah atas peristiwa tadi. Jam menujukan pukul 9 malam, mereka segera beranjak tidur. Kira-kira pukul 3.45, ryan terbangun untuk kekamar kecil. Diam-diam dia mengintip ke ruang kerja ayahnya, dia melihat ayahnya masih didepan komputer, ryan sangat kasihan melihat ayahnya ang sedang kelelahan, ingin sekali dia membantu ayahnya untuk bekerja, tapi dia belum memiliki kemampuan yang cukup seperti ayahnya. kira-kira pukul 4, dia melihat ayahnya baranjak tidur.
Keesokan harinya mereka berangkat ke Trans Studio Bandung kira-kira untuk pergi kesana membutuhkan waktu tiga jam. Diam-diam ryan menatap wajah ayahnya, dilihat kedua matanya yang kemerahan dan wajahnya yang sedikit pucat. Ryan tak bisa menahan air matanya, tak beberapa lama dia menangis melihat pengorbanan ayahnya yang menyelesiakan lembaran kerja tadi malam, itu semua adalah kesalahan ryan. Bapak riko sangat bingung melihat anaknya menangis, kemudian bapak riko menyuruh fafa untuk menghiburnya.
Pukul 09.00 mereka sampai di lokasi itu. Mereka segera masuk dan tidak sabar untuk bersenang-senang. Hari itu benar-benar hari kebahagian mereka. Memang wahana di trans studio bandung benar-benar membuat turis merasakan kepusan yang luar biasa. Ayah mereka berjanji dia akan meluangkan waktunya untuk berliburan sebulan sekali ditempat yang disukai fafa dan ryan.
Di awal masuk sekolah bapak riko mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dia kehilangan satu penglihatanya, bukan itu saja, ia juga kehilangan pekerjaanya di kantor, karena dapat merusak citra perusahaannya. Tapi hal ini tak membuat dia putus asa, dia selalu melamar pekerjaan dari satu kantor ke kantor lain  tetap saja dia ditolak disebabkan oleh keterbatasan fisiknya, karena tak mendapatkan pekerjaan apapun dia memutuskan untuk menjadi kuli bangunan, hal ini membuat anaknya iba kepada bapak riko dan mereka ingin keluar dari sekolah untuk mencari pekerjaan demi ayahnya. mendengar berita itu ayanhnya marah-marah tak karuan, dengan berat hati mereka mematuhi perintah ayahnya.
Awal menjadi kuli bangunan terasa begitu sulit bagi bapak riko, maklumlah dia tak terbiasa dengan hal itu, banyak dari mereka yang menghinanya kerana pekerjaan yang tidak baik dan keterbatasan fisiknya.  Seperti “ kamu itu bodoh, tolol, tidak berguna, cacat menyusahkan dan masih banyak lagi”. Tapi hal itu tak membuat dia putus asa meskipun dia diperlakukan setiap hari seperti itu.  Pernah sekali ryan bolos sekolah, diam-diam dia mengikuti ayahnya, tempat dimana bekerja. Ryan menangis melihat ayahnya di perlakukan oleh semua karyawan yang bekerja disitu,  dia seperti terkena cambuk 1000 kali. Dia tak mampu menahan air matanya itu, dia memutuskan untuk segera pulang.
Hari ini merupakan hari kebahagian bapak riko, ternyata dia mendapat donor mata untuk nya. Dia segera pergi kerumah sakit untuk melakukan operasi dan menghubungi anak-anak untuk menemaninya.
Operasipun berjalan lancar, anehnya dia tak melihat ryan saat pertama kali membuka matanya. Dia mencoba menghubunginya tapi tak ada jawaban satupun darinya. Tiba-tiba dokter memberikan surat kepada bapak riko, surat tersebut dari  sang pendonor mata. Perlahan-lahan bapak riko membuka surat tersebut
Dear Ayahku yang luar biasa
Saat ayah membaca surat ini, aku sudah di sudah ditempat yang jauh disana yaitu disurga, ayahku yang luar biasa, kau begitu hebat bagiku, kau bagaikan cahaya penerang di kegelapanku,  kau ayah yang tak pernah marah atas kesalahanku, kau mendidiku sejak kecil, kau memberikan kasih sayang yang luar biasa, apakah kau ingat aku pernah melakukan kesalahan yang besar saat aku menumpahkan kopi di lembar kertas kerjamu, tapi kau tak pernah mengeluh atas semua ulahku, bahkan kau rela mengorbankan nyawa untuk aku dan kak fafa. Ingin sekali aku mendonorkan satu mataku untukmu, tapi aku bertanya pada dokter, hal ini tak boleh dilakukan, jika ingin mendonorkan, orang itu harus dalam keadaan meninggal. Mendengar perkataan dokter itu, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku, waktu kecil aku takut yang namanya meninggal, seperti apa yang terjadi pada ibu. Bagiku hal ini hal yang membahagiakan bagiku bisa membuat hidup normal kembali dan aku tak takut meninggal . Dulu waktu kecil sebelum aku tidur, ayah selalu membacakan cerita  Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan nyawa untuk ayahnya. Ayah jangan menangis dengan keputusanku ini, pengorabananku hanya sedikit dibandingkan ayah. Berjanjilah padaku, ayah akan bergembira dengan kaka fafa untuk  menjalani hidup dan selalu bersemangat. Aku dan Ibu disini bergembira. Maka itu ayah dan kaka fafa harus bahagia ya?
Ayahku memang luar biasa hebatnya, Aku Sayang Ayah hari ini, besuk dan selamanya, tak ada yang hebat kecuali ayahku. Ayahku Inspirasiku dan semangat hidupku.
Ryan
Usia membaca surat tersebut bapak riko dan fafa menangis histeris kemudain mereka bergagas melihat mayat tersebut. melihat mayat anaknya bapak riko jatuh pingsan. Bangun dari pingsannya dia segera mungkin menguburkan anaknya. Bapak riko sangat bangga pada anaknya yang baru berusia 14 tahun rela mengorbankan nyawanya untuk dirinya.
Sudah satu tahun di tinggal ryan, kini bapak riko bekerja kembali di kantor dan dia sekarang benar-benar mengurangi aktivitasnya untuk bekerja dan benar-benar ingin menjaga dan menyanyangi fafa. Dia juga berjanji untuk selalu bahagia dan bersemangat dalam menjalani hidup.
By Yeni Wulansari

No comments:

Post a Comment